Mangga Mahathir sebenarnya sudah tersebar cukup lama di Indonesia, namun
hanya ditanam sebagai tanaman buah koleksi para penghobi tanaman maupun
ditanam oleh mereka yang sering keluar masuk ke Malaysia, entah karena
pekerjaannya maupun mereka yang mencari dan mendapatkan bibit dari para
TKI yang bekerja di Malaysia, kasusnya sama persis dengan saat durian
D24, sawo jumbo CikuMega 19, dan durian D197 alias durian Musangking
dimasukkan dan dikenalkan pertama kali ke Indonesia. Mereka inilah yang
berperan besar dalam memasukkan dan mengenalkan mangga Mahathir ke
Indonesia.
Daun mangga Mahathir sangat khas, berukuran cukup panjang dan lebar
dengan bentuk daun bergelombang dan berurat (urat daun kelihatan
menonjol). Ciri khas lainnya adalah jika sepotong kecil daun tua diremas
di antara ibu jari dan jari telunjuk, akan mengeluarkan aroma khas
berbau sengir yang umumnya tidak dimiliki oleh varietas-varietas mangga
lainnya. Jika mangga lain mempunyai percabangan dan ranting yang tumbuh
ke atas atau samping, maka percabangan dan ranting mangga Mahathir
cenderung lemas dan tumbuh menjuntai ke bawah, oleh karena itu
pengaturan arah pertumbuhan cabang dan ranting harus dilakukan seawal
mungkin dengan mengikat cabang/ranting pada ajir bambu. Jika tanaman
tumbuh membesar, pemberian para-para penyangga dari bambu atau kayu akan
membuat arah pertumbuhan cabang dan ranting muda menjadi lebih teratur
dan lebih baik.
Mangga Mahathir tergolong mangga genjah karena relatif mudah berbunga
dan berbuah pada umur tanaman yang masih muda, karena dari bibit pertama
ukuran sejengkal yang tumbuh dengan cepat, diambil beberapa entres dan
entres tersebut kemudian disambungkan ke batang bawah mangga lokal
berukuran sejempol tangan orang dewasa, kemudian bibit baru tersebut
ditanam dalam pot, bibit tersebut ternyata mampu berbunga dan berbuah
kurang dari satu setengah tahun pasca sambung. Sementara bibit pertama
sedikit lebih lambat berbunga, kurang dari 2 tahun. Penyebab utamanya
adalah karena bibit yang ditanam pertama tersebut berbatang bawah masih
muda, lebih kurang berukuran sebesar pensil. Secara umum, tanaman mangga
Mahathir relatif mudah berbunga dan berbuah meski bibit disambungkan ke
batang bawah mangga lokal berukuran kecil. Dengan perawatan intensif,
khususnya pemberian pupuk yang benar disertai pemangkasan teratur,
pembungaan dan pembuahan dapat dipacu tanpa harus menggunakan zat
pengatur tumbuh tertentu, senyawa anti retardant untuk menghambat pertunasan seperti paclobutrazol,
misalnya. Tanaman buah dalam pot (tabulampot) mangga Mahathir pun
terbukti gampang berbuah meski tanaman masih berumur cukup muda, kurang
dari setahun dari bibit sambung pucuk atau sambung susu.
Bentuk buah mangga Mahathir sangat khas dengan ciri ujung buah berbentuk
seperti paruh burung dan bentuk buah ini nyaris seragam sehingga dari
bentuk buahnya yang seragam inilah kita bisa mengidentifikasi mangga
Mahathir dengan mudah. Keterbatasan jumlah pohon induk menyebabkan
sumber entres sebagai bahan perbanyakan bibit tanaman juga terbatas,
sehingga keseragaman bentuk dan ukuran buah masih bisa terjaga dengan
baik.
Dalam kondisi normal dan tingkat kesuburan tanah yang sedang sampai
tinggi, pentil buah terbentuk cukup banyak pasca persarian bunga
selesai, sekitar 5-7 buah untuk setiap tandan bunga. Mengingat ukuran
buahnya yang tidak lazim, kebanyakan hanya menyisakan 1 hinggq 3 buah
per tandan bunga yang akhirnya tumbuh dan berkembang sempurna hingga
mencapai ukuran buah yang maksimum, dengan kisaran bobot per buah
mencapai 1,7 hingga 3 kg. Oleh karena itu, untuk meningkatkan jumlah dan
ukuran buah menjadi lebih maksimal, aplikasi pupuk berkadar fosfat
(P2O5) tinggi serta kadar kalium/potassium sedang, sangat disarankan
sebelum tanaman memasuki periode berbunga. Kombinasi antara pupuk SP36
plus KCl adalah contoh pupuk yang bisa diaplikasikan, namun jika ingin
lebih praktis, maka aplikasi pupuk MKP (Mono Kalium Phosphat)
yang mengandung 50% fosfat dan 30% kalium adalah pilihan terbaik. Pasca
persarian bunga selesai dan mulai terbentuknya pentil buah, lakukan
pemupukan berikutnya menggunakan kombinasi antara pupuk yang mengandung
unsur kalium (K2O) tinggi (pupuk KCl) dengan tambahan unsur nitrogen
(urea) dan kalsium serta sedikit tambahan unsur mikro boron. Jika
pertimbangan kepraktisan menjadi prioritas, maka gunakan pupuk KNO3 plus
kalsium dan boron untuk mengurangi kerontokan bakal buah sekaligus
memperbaiki kualitas buah secara keseluruhan, seperti : ukuran buah,
warna buah, tekstur daging buah (tidak berair namun lembut), dan tentu
saja rasa buah yang menjadi lebih baik (lebih manis). Jangan lupa untuk
membungkus buah sedini mungkin sejak terbentuknya pentil buah untuk
menghindari serangan lalat buah. Penggunaan kertas koran bekas maupun
kertas bekas pembungkus semen adalah pilihan terbaik, dengan membungkus
buah satu per satu karena ukurannya yang besar. Penggunaan kertas koran
maupun kertas bekas pembungkus semen terbukti mampu menjaga buah dari
serangan lalat buah sehingga tampilan kulit buah menjadi mulus sempurna.
Pembungkus dari bahan plastik (plastik kresek, misalnya)
mengakibatkan iklim mikro menjadi lembab dan bisa mengundang datangnya
jamur, apalagi jika pembungkus plastik tersebut tidak diberi lubang
angin sama sekali.
Kulit buah berwarna hijau muda kekuningan saat buah masak fisiologis dan
siap untuk dikonsumsi, dan jika dikupas maka akan terlihat daging buah
berwarna kuning dengan sedikit warna oranye di daging buah bagian dalam
dekat kulit biji. Daging buah sangat tebal namun lembut karena seratnya
sangat halus, sama sekali tidak meninggalkan rangkaian serat-serat di
gigi saat daging buah dikunyah. Rasa manisnya sangat khas, tidak
menyengat seperti namdokmai atau khiosawoei yang masak sempurna, dengan
sensasi rasa masam yang tipis sekali, yang hanya muncul saat-saat
tertentu ketika daging buah beradu dengan lidah. Karena ukurannya yang
super jumbo, dibutuhkan 3 piring makan untuk menampung irisan daging
dari 1 buah mangga saja, dan sepertinya, porsi daging buah sebanyak ini
cukup untuk memenuhi kebutuhan 4 hingga 5 orang sekaligus, ruarrrrrr
biasa.............
Biji mangga Mahathir tergolong sangat kecil dibanding ukuran buah secara
keseluruhan, namun keping lembaga yang kecil tersebut terbungkus dalam
kulit biji (pericarp) yang lumayan besar, memanjang dari bagian
pangkal hingga ke ujung buah, namun hal ini tidak mempengaruhi
persentase daging buah yang dapat dikonsumsi karena secara keseluruhan
biji tersebut berukuran sangat tipis.
Jika ingin menanam mangga ini, pilihlah bibit yang diperbanyak secara
klonal (bibit vegetatif) yang bukan berasal dari biji. Bibit vegetatif
tersebut bisa dipilih mulai dari bibit okulasi (tempel mata), bibit
sambung sisip (tempel ranting muda), bibit sambung pucuk (top grafting),
maupun bibit sambung susuan dari tanaman induk terpilih. Bibit
vegetatif ini pasti memiliki sifat genetik yang sama persis dengan sifat
genetik tanaman induknya sehingga penanam akan memperoleh tanaman
mangga yang benar-benar mangga Mahathir, sehingga investasi waktu yang
dihabiskan untuk membesarkan hingga tanaman berbuah bisa terbayar.
Posting Komentar